Sumber : Jurnalis Senior Kanwil Kemenag Jabar | Editor : Syahidin
Tasikmalaya, warpol.id || Sekarang waktunya semua orang, dimana mana, dimuka bumi ini berhenti memikirkan dan mengunakan bahan bakar fosil.
Selain keberadaannya hanya dapat diprediksi dan tidak bisa dibarukan, juga berbahaya bagi nyawa manusia.
"Barang fosil itu hasil dari proses pembusukan organisme tumbuhan dan hewan yang terjadi jutaan tahun."
Barang itu ketika sudah matang mengandung hidrokarbon yang menyala jika terbakar dan menghasilkan energi.
Itulah yang dimanfaatkan manusia, untuk kebutuhan hidup.
"Barang fosil yang terdiri dari batu baru, minyak bumi dan gas alam sudah 700 tahun ( sejak tahun 1700) ditambang dan dimanfaatkan orang diseluruh dunia."
Barang tambang itu mengandung emisi gas rumah kaca dan palutan udara seperti karbondioksida (C02) , Sulfur dioksida ( SO2) dan nitrogenoxoda (NOx)
Itu jelek buat perubahan iklim global dan kesehatan manusia. Diam diam tanpa disadari sampai 2020 sudah 1,2 juta nyawa manusia terenggut, dalam proses pengambilan dan pengemasan.
Tak hanya manusia, tapi juga hewan tetumbuhan dan ekosistem laut.
Bahkan limbahnya juga berbahaya, sejak dilokasi pembuangan sampai aliran airnya.
"Di Indoneisa, cadangan yang tersisa, kata menteri ESDM (waktu itu) Arifin Tasrif minyak bumi hanya bertahan 8 tahun lagi. Gas alam 22 tahun dan batu bara masih cukup waktu, 65 tahun."
Jadi khususnya di Indonesia, memang sudah harus melupakan dan meninggalkan bahan bakar fosil itu.
Kita sudah harus beralih ke energi hijau, barang baru dan terbarukan. Ada Bahan Bakar Nabati, biomasa, tenaga surya, tenaga angin dan tenaga air.
Barang fosil, prospektifnya rendah, Selain persediaannya terbatas dan tidak bisa dibarukan, juga berbahaya bagi kesehatan.
Godbye fosil. Enyahlah dikau.
Kau pembunuh berdarah dingin. ***
Posting Komentar