Sumber : Jurnalis Senior Kemenag Jabar | Editor : Syahidin
Tasikmalaya, warpol.id || Detik detik menjelang PSU (Pemungutan Suara Ulang) di kabupaten Tasikmalaya , sontak silweran WA digrup Presidium Tasikmalaya Selatan (Tasela). Ada semacam kegundahan (sedikit dibawah keresahan) tentang siapa yang akan terpilih menjadi Bupati dan wakil Bupati untuk 5 tahun kedepan.
Selama ini pemimpin yang mereka dapat, mengecewakan. Dipercaya malah sulaya, dikira bageur ternyata badeur.
"Yang dilakukan bukan upaya kepentingan rakyat, melainkan untuk kepentingan kelompok dan pribadi. Yang terjadi Bupati kaya raya, rakyat tambah sengsara.Ada 10,28% (186.750 orang ) rakyat miskin di kabupaten itu."
Perlu kajian kang haji, tulis KH. Engkos Kosasih dalam WA yang masuk ke japri saya. Terutama dari prespektif Islam, sebagai negara dengan pemeluk mayoritas tambahnya.
Islam sesungguhnya sudah menggariskan pemimpin itu harus memiliki 4 pilar sebagai dasar, Siddiq, Amanah, Tabligh, Fathonah
Siddiq itu jujur , berkata apa adanya, bukan ada apanya.
Amanah itu dapat dipercaya, konsekwen dan integrity.
Tidak pagi dele, sore tempe.
Fathanah itu cerdas
Mampu membuat keputusan dan kebijakan yang tepat sesuai dengan aspirasi ummat.
Tabligh itu menyampaikan ide dan keputusan yang diambil. Istilah kerennya, komunikatif.
Ummat itu harus diberi tahu. Ketika tahu dan memahami, bakal tumbuh partisipasi ummat. Keputusan yang diapresiasi ummat akan sukses mencapai tujuan yaitu kesejahteraan dan kemakmuran yang adil dan merata.
Kebetulan, saya bekerja sama dengan Yayasan Dewi Sartika, baru menyelesaikan penulisan buku biografi Raden Dewi Sartika.
Ada ungkapan aktivis pendidikan untuk perempuan bumi putera dan kesetaraan gender dari tatar Sunda itu yang rasa rasanya kohiren , segaris lurus dengan syariat Islam tentang kepemimpinan itu. Kata Uwi, (panggilan akrab Raden Dewi Sartika), Pemimpin itu harus memiliki sifat Cageur, bageur, pinter tur wanter.
"Cageur artinya sehat secara fisik , bageur artinya baik secara mental, pinter relevan dengan Fathonah,cerdas.Sedang prasa wanter adalah berani tampil menyampaikan ide dengan argumen yang kuat, yang membuat orang paham."
Semua itu, Cageur bageur pinter tur wanter relevan dengan ajaran Islam, tentang pemimpin, Siddiq, amanah, Fathonah dan tabligh.
Sekretaris Komisi Fatwa MUI, KH. Miftahul Huda menunjuk Hadits Bukhari Muslim :
"Setiap kamu adalah pemimpin. Setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban dunia dan akhirat".
Masalah kepemimpinan di negara kita, bukan persoalan ilmu atau petunjuk. Sudah jelas sekali.
Yang terjadi, semata soal moralitas, soal watak. Basisnya adalah kepentingan. Kepentingan kelompok, atau sendiri. Serakah seolah olah hidup cuma didunia.
Bagi warga muslim yang katanya (sekarang) ada 87%. Tentu prihatin, sesulit ini mencari Pemimpin dari 200 juta orang ?.
Saya pikir usul KH Engkos Kosasih yang tepat, bukan kajian yang harus dilakukan. Yang pas adalah perenungan semua yang mengaku muslim dan kemudian terpilih jadi pemimpin.
Jadilah pemimpin yang Siddiq, amanah, Fathonah dan tabligh.
Atau seperti kata Raden Dewi Sartika, yang cageur, bageur , pinter tur wanter, bukan pemimpin yang badeur.***
Posting Komentar